Banyak Tahu, Banyak Takut?



Serangan jantung, kanker, obesitas, gangguan hormon. Informasi kesehatan yang kita peroleh kadang membuat kita takut melakukan banyak hal. Haruskah kita takut? Ada baiknya kita cermati kembali informasi yang ada.

Cara terbaik untuk menghentikan kekhawatiran berlebih saat membaca berita dan info kesehatan adalah jangan terburu-buru. Hentikan pula kebiasaan mengetik gejala penyakit pada mesin pencari di internet, karena data yang keluar tidak selamanya benar. Kalau ingin tahu sakit yang diderita dan cara menanganinya lebih baik langsung kunjungi dokter. Data di internet hanya dapat dijadikan penunjang, bukan acuan utama. Lagipula, pembelian obat yang baik tetap harus dengan resep dokter bukan?

Kalaupun ingin mencari informasi awal via internet, simak baik-baik datanya, cek fakta yang dipaparkan hingga ke sumber pertama. Jadikan kalimat singkat di status situs pertemanan sebagai titik awal pencarian informasi, bukan fakta yang langsung dipercaya.

Ada nasihat-nasihat untuk menjaga kesehatan yang tidak bisa dibantah lagi. Hentikan merokok; mulailah memakan sayur-mayur. Namun, tidak semua saran dan masukan mengenai kesehatan bisa dipilah dalam kotak benar dan salah semudah itu. Apa yang dikatakan orangtua kita saat kanak-kanak dulu berlawanan dengan saran teman di kantor yang berlangganan jurnal kesehatan. Bahkan, kata-kata personal trainer dan dokter spesialis juga bisa bertentangan dengan penemuan terkini yang kita lihat di televisi.

Bingung ya? Agar semua informasi tersebut tidak membuat kepala kita pecah. Mari kita bahas satu persatu kekhawatiran yang sering membawa dilema: mana yang sehat, mana yang membawa penyakit. Selanjutnya kita tidak perlu lagi takut karena info yang kita tahu jauh lebih banyak lagi


Haruskan saya takut: Melahirkan di atas usia 35?
Sejak tahun 2000, satu dalam setiap 12 bayi akan dilahirkan dari ibu yang berusia 35 tahun atau lebih. Hal tersebut dikatakan Glade B. Curtis, MD, anggota dewan American College of Obstetricians and Gynecologists dalam bukunya Your Pregnancy After 35. Menurutnya, kelahiran pertama untuk perempuan dalam usia 30an pada tahun 1990 berjumlah sekitar seperempat dari semua kelahiran pada perempuan dalam golongan usia tersebut. Setiap hari di Amerika Serikat, hampir 200 orang perempuan berusia 35 tahun atau lebih melahirkan bayi pertama mereka. Pergeseran usia melahirkan ini dipengaruhi banyak hal. Semakin luasnya peran perempuan di sektor publik, majunya teknologi kedokteran, dan bergesernya pula usia pernikahan.

Setelah usia 30 tahun seorang perempuan dapat mengalami penurunan kesuburan akibat penurunan jumlah produksi sel telur yang sehat, penurunan produksi hormon, disertai dengan penurunan jumlah sperma pasangan, penurunan frekuensi melakukan hubungan seksual, dan kondisi fisik yang tidak lagi optimal. Namun, pengontrolan kehamilan dan pemeriksaan rutin medis dapat mengatasi kemungkinan-kemungkinan komplikasi yang timbul saat kehamilan di atas 30 tahun. Ada baiknya kita menyadari resiko yang akan dihadapi, dan berusaha meminimalisasi sesuai dengan anjuran dokter.

“Sekarang ini, banyak tenaga kesehatan mengukur risiko kehamilan dengan status kesehatan ibu hamil, bukan dari usianya. Kondisi medis yang ada sebelumnya merupakan indkator kesejahteraan perempuan dan kesehatan bayinya. Seorang perempuan usia 39 tahun sepertinya tidak akan mengalami masalah-masalah kehamilan dibandingkan misalnya perempuan 20 tahun yang menderita diabetes. Tingkat kebugaran seorang memberikan dampak yang besar terhadap kehamilannya,” kata Glade.


Haruskan saya takut: Menyantap ikan dan seafood?
Ikan dan seafood tercemar merkuri sehingga bisa menyebabkan disfungsi ginjal, gangguan saraf, dan bahkan kematian. Padahal ikan menjadi sumber lemak esensial yang bagus untuk membantu pembentukan sel sehingga mampu menyerap nutrisi lebih baik. Lemak esensial juga membantu pembentukan hormon dan baik bagi kesehatan kardiovaskular untuk mengurangi risiko penyakit jantung. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Catherine Saxelby pakar nutrisi dari Australia dalam situsnya Foodwatch mengatakan kandungan methylmercury pada ikan dan seafood tergantung berapa lama ikan tersebut hidup dan apa yang dimakannya. Beberapa ikan predator besar dan ikan yang masa hidupnya lama memiliki akumulasi tingkat merkuri yang tinggi, seperti hiu, marlin, ikan pedang. “Makan ikan jenis tersebut sekali dalam empat hari. Batasi pula ikan laut dalam hanya satu kali seminggu. Jangan makan ikan apapun setelah itu,” ujar Catherine.

Ikan jenis lain aman untuk dikonsumsi 2-3 kali seminggu. Ia menekankan untuk makan berbagai jenis ikan, jangan terus mengonsumsi jenis tertentu. Selain itu, perempuan hamil atau mereka yang berencana mengandung, ibu menyusui, dan anak di bawah usia 6 tahun harus membatasi konsumsi ikan. “Ini bukan berarti menghindarinya sama sekali,” ujarnya.


Haruskan saya takut: Minum pil KB bertahun-tahun?
Ada yang mengatakan, jika kita memilih pil sebagai pilihan alat kontrasepsi, maka untuk menghindari efek samping, konsumsinya harus dibatasi. Konon, untuk menghindari kemungkinan terkena kanker, kelahiran cacat, gangguan kekentalan darah, dan naiknya berat badan, kita harus menghentikan untuk sementara pil setelah bertahun meminumnya untuk kemudian memulainya lagi. “Pil kontrasepsi generasi kedua memiliki kadar hormon lebih rendah dibanding pil generasi pertama sehingga lebih aman,” kata Prof.dr.Biran Affandi, Sp.OG, ketua Badan Kontrasepsi Asia Pacifik (APCOC).

Pil KB memiliki manfaat tambahan bagi penggunanya. Prof Biran menjelaskan pil menekan terjadinya ovulasi. Dengan adanya penekanan, otomatis mengurangi aktivitas indung telur sehingga menurunkan risiko kanker ovarium. Selain itu, pil KB membuat getah leher rahim menjadi kental, sehingga mencegah masuknya sperma dan kuman-kuman serta penyakit lainnya. Manfaat ini ditemukan berdasarkan pada pengguna pil KB yang setia selama 5-15 tahun.

Kendati demikian, pil kontrasepsi harus diberikan dengan resep dokter karena tidak semua perempuan boleh mengonsumsi pil ini. Wanita perokok dan berusia di atas 35 tahun, perempuan yang meiliki tekanan darah tinggi, penderita diabetes melitus, penderita gangguan liver atau kanker hati, serta yang memiliki riwayat kanker payudara tidak direkomendasikan menggunakan pil kontrasepsi.


Haruskan saya takut: Terkena serangan jantung sebelum usia 40?
Serangan jantung telah menggeser kanker sebagai penyebab kematian nomor pada perempuan di Amerika. Berdasarkan Heart Disease and Stroke Statistics 2010 Update yang dimuat di situs womenheart.org, hampir tiap menit seorang perempuan meninggal akibat terkena serangan jantung. Serangan jantung mengancam semua perempuan. Angka perempuan usia 30-40an yang terkena serangan jantung meningkat lebih cepat dibandingan laki-laki di usia yang sama, peningkatanya hingga 21 persen pada tahun 1990.

Fakta-fakta mengejutkan ini jangan hanya ditakuti. Kita dapat mengurangi risiko terkena serangan jantung secara signifikan jika mengetahui ciri-cirinya dan mengubah gaya hidup agar terhindar dari penyakit jantung. Perempuan memiliki ciri berbeda dibandingkan pria saat terkena serangan jantung. Pria merasakan agina, perempuan tidak. Ciri umum yang dirasakan perempuan biasanya adalah kelelahan.

Rita Baron-Faust, MPH, CHES, dalam bukunya The Autoimmune Connection: Essential Information for Women on Diagnosis, Treatment, and Getting on with Your Life memberikan beberapa cara menghindari serangan jantung: berhenti merokok; jaga lingkar pinggang agar tidak melebihi 80cm; lakukan aktivitas fisik minimal 30-60 menit tiap hari; jauhi garam; hindari makanan berlemak; makan makanan yang berwarna seperti bayam, wortel, dan buah beri.


Haruskan saya takut: Terkena Osteoporosis?

Osteoporosis sering disebut “silent disease” karena berkurangnya massa tulang terjadi perlahan-lahan tanpa kita ketahui atau rasakan. “Orang mungkin tidak mengetahui bahwa mereka terkena osteoporosis sampai tulang mereka menjadi lemah sehingga bila tabrakan dan terjatuh akan menyebabkan faktur seperti kolaps tulang belakang,” kata dokter spesialis ortopedik Dr. Muki Partono, Sp.OT. 

Perempuan memiliki ketakutan lebih akan penyakit ini karena kehilangan massa tulang paling cepat terjadi setelah menoupause dan hal itu berlanjut terus. Perempuan memiliki jaringan tulang yang kurang padat dan proses kehilangan massa tulang lebih cepat dibandingkan pria. Faktor lain yang meningkatkan risiko adalah usia, ukuran tubuh, etnis, dan gen keluarga. Ada pula faktor risiko lain yang bisa dihindari seperti kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, gaya hidup yang kurang aktif, dan konsumsi alkohol.

Kita tidak perlu takut terkena osteoporosis karena meskipun ada faktor yang tidak bisa dihindari, tapi kita bisa mengurangi risiko dengan menjaga asupan kalsium dan melakukan latihan yang menguatkan tulang. “Banyak penelitian menunjukkan bahwa rendahnya asupan kalsium dikaitkan dengan rendahnya massa tulang,” kata Muki. Sumber kalsium yang baik ada pada produk susu rendah lemak seperti : susu, yogurt, keju dan es krim; sayuran berdaun hijau tua seperti : brokoli, bayam,  sayuran lainnya; ikan sardin dan salmon dengan tulangnya; tahu; kacang almond; dan makanan yang diperkaya dengan kalsium, seperti jus jeruk, sereal dan roti.

“Latihan merupakan komponen penting untuk program pencegahan dan pengobatan osteoporosis. Latihan tidak hanya meningkatkan kesehatan tulang anda, tetapi juga meningkatkan kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan  sehingga secara keseluruhan menjadi lebih baik,”kata Muki.


Haruskan saya takut: Terkena Kanker Serviks?
Menurut WHO kanker serviks adalah jenis kanker yang paling umum diderita perempuan di dunia dengan jumlah 500.000 kasus baru serta 250.000 kematian tiap tahun. Hampir 80% kasusnya terjadi di negara berkembang. Sementara jenis kanker lain masih banyak yang tidak diketahui pasti penyebabnya, kanker serviks disebabkan (99%) akibat inveksi human papilloma virus (HPV) di daerah genital. Ini artinya, setiap perempuan yang aktif secara seksual memiliki risiko terkena HPV.

“Tingginya angka kematian diakibatkan pengidap kanker serviks stadium awal tidak merasakan gejalanya,” kata dr. T. Dewi Anggraeni, SpOG. Padahal, dengan mudah kita bisa mendeteksi dengan melakukan pap smear. Ada pula jenis pemeriksaan dengan menggunakan asam asetat (cuka), dan jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik terbaru yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II System (HCII).

Karena telah diketahui penyebabnya, upaya pencegahannya pun sangat mungkin dilakukan. Yaitu dengan cara tidak berhubungan intim dengan pasangan yang berganti-ganti; rajin melakukan pap smear setiap dua tahun sekali bagi yang sudah aktif secara seksual; dan melakukan vaksinasi HPV bagi yang belum pernah melakukan kontak seksual.

Vaksinasi HPV baru beredar sejak tahun 2006. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun hingga 75%. “Biaya pencegahan dengan pap smear rutin tiap 2 tahun sekali atau vasinasi jauh lebih murah dibandingkat biaya pengobatan kanker serviks. Vaksinasi plus skrining rutin merupakan investasi kesehatan yang menguntungkan Jadi buat apa takut bila kita bisa mencegah,” kata Dewi.



(pernah diterbitkan di majalah Prevention Indonesia edisi April 2011)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia