Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

dramatis

Gambar
tidak ada yang lebih dramatis dari bertemu orang yang sudah lama dicari. apalagi kalau pakai lari-lari di tengah hujan dan berteduh di pos polisi bundarah h.i. jadi...  akhirnya saya bisa bertemu dan berbincang dengan orang yang sedang menjalin hubungan dengan orang itu. dulu saya pernah minta waktu untuk berbicara dengan pacar yang akhirnya menjadi istrinya, tapi dia menolak bertemu. lalu dengan mantan-mantan sebelumnya saya juga tidak pernah bisa berbicara dengan baik-baik, seperti layaknya perbincangan antara perempuan dengan perempuan, manusia dengan manusia. saya memuji keberanian perempuan ini mendatangi saya dan memperkenalkan diri sebagai pacar orang itu. dia pun bercerita banyak, saya juga. kami membicarakan orang itu, menganalisa dia dan memikirkan kenapa dia bisa begitu keparatnya. keparat adalah kata yang tepat bagi saya, bukan bagi dia yang masih jatuh cinta. pertemuan ini mengingatkan saya akan kehidupan masa muda yang penuh drama. kehidupan yang melelah

memperjuangkan hak

Gambar
hari ini seorang teman karib dipecat dari perusahaan media tempatnya bekerja. dia dipecat bersama belasan temannya yang kebetulan menjadi pengurus atau ikut mendirikan serikat pekerja. kebetulan yang tentunya sangat bisa diduga sebagai hubungan sebab akibat. peristiwa ini semakin menambah kebencian saya pada perusahaan media. sepengamatan saya, perusahaan media lebih kejam pada serikat pekerja. karyawan dilarang mendirikan serikat pekerja, bila pun ada ketuanya suatu saat pasti dipecat. jumlah perusahaan media yang memiliki serikat pekerja juga bisa dihitung dengan jari. wartawan pun banyak yang abai. mereka tidak tahu pentingnya serikat pekerja. bagi mereka perjuangan hak itu sifatnya individual. saya curiga, jangan-jangan para buruh itu lebih paham undang-undang tanaga kerja, dibandingkan para wartawan yang katanya lebih berpendidikan itu. buruh bisa menuntut kenaikan upah agar sesuai standar minimun daerah. wartawan? masih banyak yang diam-diam saja punya upah di bawah

menilai

Gambar
"jangan menilai sebuah buku dari halaman sampulnya," begitu orang sering berkata. pada kenyataannya, saya selalu tertarik membuka buku hanya karena tertarik halaman sampulnya. hanya membuka ya. membuka tidak selalu berakhir dengan membeli, lalu membaca. saya biasanya membaca buku bila ada rekomendasi dari teman. dan biasanya, saya hanya membeli buku kalau sudah "kenal" dengan si penulis atau tema yang diangkat akan selalu saya butuhkan sewaktu-waktu. bukan salah buku itu kalau dia hanya memiliki daya tarik di bagian sampul. bukan salah dia juga kalau tata letaknya sangat buruk sehingga banyak orang malas membaca isinya yang sangat bermanfaat. bukan salah dia juga kalau nama penulis yang tercantum sangat terkenal, tapi yang ditulis tidak semenarik buku-buku sebelumnya.  jadi, salah siapa? bukan salah siapa-siapa, karena semua nilai itu relatif. sampul yang tidak menarik, tata letak yang kacau, dan isi yang kurang berbobot itu mungkin hanya penilaian subyekti

pekerjaan = pacar (bukan suami!)

Gambar
kalau saya dulu mencari pacar segiat saya mencari kerja, mungkin koleksi mantan saya akan lebih banyak dan lebih baik. tidak akan ada lagi penyesalan: kenapa dulu kuliah cuma pacaran sama satu orang? iya kalau orangnya bener, wong bajingan gitu... kesimpulan itu didapat setelah dua pertemuan singkat yang saya lakukan di sela-sela kesibukan mengejar tenggat naik cetak majalah. saya memang punya dorongan aneh, setiap deadline pinginnya ketemu teman. makan malam atau siang bareng. sudah menjadi kebiasaan saya menyelinap pergi saat deadline. kebiasaan yang pasti dikutuk rekan sekantor saya. pembelaan saya: saya butuh hiburan dan tidak mau jadi gila di kantor. jadi... pertemuan pertama adalah dengan teman dekat saya sewaktu kuliah. dia teman seangkatan dan sejurusan. sudah lama sekali kami tidak bertemu karena setelah kuliah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. banyak sekali kabar dia yang belum saya ketahui, demikian pula dia yang banyak tidak tau kalau saya sudah pindah kantor lima kali

setelah delapan tahun menjadi wartawan

Gambar
saya beruntung bisa menjalani profesi ini. profesi yang membuat saya bisa melakukan hobi menulis dan membaca. setelah delapan tahun, kesimpulan saya cuma dua: 1) industri ini tidak menghargai waktu para pekerjanya, dan 2) perusahaan media adalah perusahaan yang tidak ramah dengan perempuan, terutama yang sudah punya anak. kesimpulan ini jangan terlalu diambil hati dan diseriusi. itu hanya kesimpulan subyektif saya yang pengalamannya hanya sebegitu. pasti banyak wartawan perempuan yang nasibnya jauh lebih baik dari saya, yang bisa dengan santai bekerja sambil merawat anak di rumah, yang tidak perlu menjalani deadline hingga subuh menjelang, yang tidak perlu membuang waktu akhir pekan untuk liputan. meskipun mungkin juga emosional, kesimpulan yang subyektif ini membuat saya berpikir: mungkin sudah saatnya saya berganti profesi.

tentang ambisi

Gambar
kepala tiga dan masih dalam posisi editor. padahal, teman teman dekat saya sudah ada dua orang yang menjadi redaktur pelaksana. mereka beberapa bulan lebih muda. teman sekantor saya bahkan ada yang lebih muda, tapi sudah mendapat label senior di belakang jabatan editornya. saya memang bukan orang yang ambisius. jabatan hampir tidak pernah menjadi hal yang penting dalam kehidupan saya. saya juga tidak pernah memiliki target tertentu untuk masalah karir. tidak berarti teman-teman saya itu orang yang ambisius ya... pekerja keras iya. berarti saya bukan pekerja kera s dong? mungkin demikian adanya. saya bilang 'hampir' tidak pernah menginginkan jabatan tertentu karena pernah ada sebuah jabatan yang saya inginkan, tapi tidak saya peroleh. masa itu dapat dikatakan satu-satunya periode saya memiliki ambisi. itu terjadi saat saya menempuh pendidikan tingkat atas di sebuah sekolah kejuruan. saya memilih sekolah kejuruan karena punya cita-cita menjadi disainer. cita-cita yang m

berharap kaya

Gambar
bukan tinggal di apartemen dengan mobil dan sopir pribadi, tapi tinggal di sebuah rumah kecil dengan halaman di sekelilingnya. tidak mau di tengah kota, tapi di tempat yang hawanya sejuk tanpa perlu pasang ac. tiap hari ke warung dan pasar dengan sepeda. tidak banyak yang dibeli karena cabai, tomat, dan buah-buahan bisa petik dari kebun belakang. penghuni rumah tiga orang ditambah dua anjing dan tiga kucing. sesekali ada yang datang, bantu menyuci, setrika, dan merapihkan rumah. kantor hanya sepetak ruang dengan sambungan internet di tengah rumah, bersebelahan dengan karpet kecil tempat anak bermain. dia tontonan dan hiburan kami tiap hari. *harapan yang sebenarnya tidak terlalu sulit diwujudkan, jika mau* 

duka cita bagi setia

Gambar
mari kita tundukan kepala heningkan cipta bagi setia yang mati terjerat rentang perselingkuhan yang entah di mana indahnya bangkit dan angkatlah jasad setia yang kaku ditinggal kepercayaan jalanlah bersamanya hantarkan setia ke pemakaman umum tempat kejujuran, janji, dan harapan berbaring dalam keabadian segeralah masukan setia dalam liang lahat di tengah derai duka tidak ada artinya dia hidup di dunia jika perselingkuhan masih berjaya (untuk seseorang yang sia-sia mengharapkan maaf) bandung-batukaras, 2 Januari 2009

sepuluh hal tentang saya

Gambar
tulisan ini dibuat empat tahun yang lalu dan sekarang hanya dua hal yang masih saya lakukan sisanya tinggal sejarah.   akan berhenti kalau di jalan ketemu kucing untuk menyapa dengan, "pus... pus..." atau mengelus mereka. kehebohan gue pada kucing dan anjing hampir sama dengan kehebohan perempuan-perempuan pada umumnya kalo ketemu anak bayi. tapi kalau sama bayi atau anak kecil gue tidak akan bereaksi apa-apa. tiap hari minimal 5-10 jam harus dengerin musik, kalau nggak bakal pegel-pegel otaknya. jenisnya apa aja, mulai dari metallica sampe vina panduwinata. biasanya nyetel kaset pagi-pagi sambil dandan atau jadi autis dengan head phone di kantor. masih beli kaset, bukan cd atau mengunduh mp3. nggak bisa jalan-jalan tanpa pakai cincin, anting, kalung, gelang yang rada-rada gede dan mencolok. gue pernah pulang lagi ke kost, setelah berjalan lebih dari 1 km karena lupa pakai gelang. koleksi baju dalem warna-warni beranekaragam bentuk. bakal gatel-gatel kalau te

mencobamu

Gambar
membereskan diri sebelum kita bertemu membersihkan hati dan hari dari nama lama yang seharusnya sudah pergi mengatakan iya padamu dan tidak padanya menghapus bekas bibirnya di bibirku sebelum bibir kita bertemu mencoba untuk jatuh pada cinta dan percaya pada keberadaannya membuatmu mau untuk ikut menjaga agar hati tak patah menunggu... menunggu... dan tidak terburu-buru

perempuan yang selalu bernyanyi tapi tidak pernah menari

Gambar
jaman dahulu kala di sebuah kota metropolitan jakarta, hiduplah seorang perempuan yang selalu bernyanyi namun tidak pernah menari. ketika pergi ke sebuah tempat hiburan untuk berkaraoke bersama teman-temannya, dia hanya akan bernyanyi sambil duduk. sesekali kepala atau pundaknya bergoyang mengikuti alunan musik, tapi itu bukan sebuah tarian.      sementara teman-temannya mengangkat tangan ke udara sambil bergoyang pinggul, dia tetap duduk dan hanya bisa menyumbangkan senyum atau tawa pada mereka yang menari. bila ada yang berhasil memaksanya menari, orang hanya akan melihat tubuhnya bergerak kaku, tak pula sejalan dengan irama lagu. tahu begitu, mereka tak lagi mau mengajaknya bergoyang seiring lagu.      perempuan yang selalu bernyanyi ini bukan pelanggan tempat karakoke, bukan kontestan ajang adu bakat di televisi. dia tidak pernah berniat menjadikan suaranya alat mencari nafkah. tapi, ia selalu bernyanyi. ia bernyanyi ketika bekerja di depan komputer kantornya. tak peduli

tentang lelaki kecilku

Gambar
(ini dibuat saat dia masih satu tahun) suaranya seperti namanya menderu, membuat orang-orang panik jika mendenger dia menangis mukanya persis bapaknya, cuma bibirnya yang mirip mamanya berkat kerakusannya menghisap dan asi mamanya yang melimpah, belum 1 bulan berat badannya naik 1kg dari berat lahir (berat lahir 3,7kg berat pas pulang dari rs 3,4kg berat pas 3 minggu 4,4kg) selalu mengulat lalu tersenyum sehabis menyusu senang berlatihan teater alias mengubah-ubah ekspresi muka kalau sedang tidak bisa tidur menangis kencang sebelum pipis. diduga buat ngerjain mamanya, karena kalau dia nangis dan pas diperiksa nggak pipis atau pup pastinya dia mau mimik. pas dipangku dalam posisi menyusui dia akan pipis dan basahin baju mamanya sering kecing atau pup lagi beberapa detik setelah popoknya diganti senang tidur dengan posisi tangan direntangkan ke samping atau diangkat ke atas kalau tidur suka kagetan dan baru bisa tenang kalau megang jari mamanya kentutnya kenceng kaya suar

glow old with you

Gambar
mengenang kosong tujuh-kosong delapan-kosong sembilan Jangan kau lupa. Aku menerima seluruhmu. Dan kalau kau sebut aku belahan jiwa, maka tak ada yang harus kutakutkan. Kita sepakat membangun rumah termasuk membesarkan anak Bahwa kita menghormati dan menghargai perbedaan kita, kalau ada. Bahwa yang lebih utama adalah kemanusiaan kita, yang berkembang dan bahagia karena usaha bersama. Sisanya, bagaimana memanfaatkan apa yang kita punya untuk kebaikan manusia lainnya. Hanya itulah soalnya. Karena hanya itulah kehidupan. Kutipan dari monolog Cairan Perempuan (Riris K. Toha Sarumpaet) kalimat " glow old with you " dan foto angrek layu di atas karya titi kusumandari * yes it's glow not grow , karena kami mau berkilau bersama hingga tua*

SALAM

Gambar
Ros Aruna lahir di Jakarta, besar di kerak-kerak pinggirannya. Mungkin karena itu dia suka menulis puisi tentang golongan yang terpinggirkan. Dia juga banyak menuliskan isu seputar perempuan. Mungkin karena namanya punya arti "mawar" yang sering dikaitkan dengan korban perkosaan: "sebut saja mawar". Dia menyukai film dan teater. Mungkin untuk terjun ke dunia seni peran dia kurang bernyali dan tak berbakat berpura-pura. Kini dia banyak menyuarakan puisi karyanya melalui media sosial. Mungkin dia bisa dijumpai di halaman Facebook Puisi Ros Aruna, Instagram @rosaruna, Twitter @Ros_Aruna, dan bisa juga dikontak melalui email di hai@rosaruna.com. Mungkin.