Kenapa Binge Eating dan Bagaimana Mengatasinya?




Binge Eating Disorder atau BED umum menyerang perempuan dan laki-laki di usia produktif. Efeknya pun cukup fatal untuk kesehatan karena membuat kita sulit mengontrol agar berat badan tidak terus naik. Ancaman penyakit akibat obesitas pun terus mengincar.

Bagaimana sebenarnya seseorang bisa menderita BED? Apakah karena gangguan di otak atau karena masalah psikis? Apakah faktor sosial, ekonomi, budaya, dan pendidikan juga memengaruhi seseorang menjadi BED? Tara de Thouars, BA, M.Psi, Psikolog dari klinik lightHOUSE, Jakarta menjelaskan.

BED menurut Psikolog Tara, bisa dikarenakan gangguan otak dan psikis. “Kedua hal tersebut memegang peran penting. Akan tetapi faktor psikis akan memperparah ataupun memicu terjadinya BED,” ujarnya. Ia mencontohkan faktor psikologis antara lain akibat adanya karakter impulsif, kontrol diri yang rendah, obsesif terhadap makanan dan penampilan, serta rentan akan stres.

Faktor sosial budaya yang memengaruhi BED antara lain: Citra tubuh dan penampilan yang sangat dipengaruhi oleh media.  Tubuh yang sempurna adalah yang langsing dan kurus. Pengaruh lingkungan terutama keluarga juga memegang peranan penting yang bisa membentuk persepsi seseorang terhadap makan maupun terhadap tubuh. “Bila ajaran yang diberikan dari keluarga cenderung tidak tepat mengenai makan dan tubuh maka akan dapt mendorong seseorang ke arah BED,” Tara menjelaskan.

Selain itu ada pula pengaruh lingkungan sosial, seperti ajakan untuk makan, godaan situasi yang sulit untuk ditolak, budaya makan sosial. Seperti pesta ulang tahun, meeting di luar kantor, wisata kuliner, atau kumpul-kumpul dengan teman yang harus selalu disertai makan enak. “Pengaruh sosial dan tuntutan citra tubuh ideal inilah yang dapat menciptakan konflik antara makan dengan menjaga bentuk tubuh,” ujar Tara.

Ada pula faktor ekonomi. “Ekonomi yang lebih matang dan memadahi banyak mendukung terjadinya BED. Karena makanan dianggap menjadi suatu pelarian dan tidak memiliki permasalahan dalam faktor ekonomi untuk memenuhinya,” kata Tara.

"Program penurunan berat badan dengan terapi tingkah laku akan sangat membantu dalam menurunkan berat badan dan mengontrol keinginan makan yang berlebihan. Depresi juga berkaitan erat dengan gangguan makan ini, oleh sebab itu psikoterapi dan antidepresan juga dapat membantu mengatasi gangguan makan ini," ujar Psikolog Tara. Ia menambahkan, mengenali tanda-tanda dan gejala gangguan makan adalah langkah pertama untuk mengtasinya.

Berikut tip praktis untuk mencegah seseorang menjadi BED  ataupun gangguan makan lainnya:

  1. Mencoba untuk mengatur makan dengan benar, sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan untuk menghindari konflik dalam diri terhadap makanan ataupun efek sesudahnya seperti perasaan bersalah, penyesalan dll.
  2. Memperbaiki pola berpikir dan persepsi yang terlalu obsesif terhadap makanan maupun bentuk tubuh.
  3. Alihkan fokus kegiatan sehari-hari dari makanan dan bentuk tubuh. Perbanyaklah kegiatan yang bemanfaat dan berguna untuk diri sendiri.
  4. Bagi yang memiliki karakteristik resiko terkena gangguan makan, harus meningkatkan kesadaran mengenai kemungkinan mengidap gangguan makan. Mencoba untuk lebih waspada terhadap karakterikstik pribadi, dan faktor-faktor lain yang berperan, seperti faktor lingkungan, dll.
  5. Cepatlah untuk mencari bantuan profesional bila mencurigai diri sendiri atau orang terdekat  memiliki gangguan makan, agar tidak berkepanjangan.
  6. Bila sedang stres, konflik ataupun memiliki emosi negatif, jangan jadikan makan sebagai pelarian. Karena tindakan ini tidak akan menyelesaikan masalah justru akan menambah masalah baru. Carilah metode penanggulangan stres yang lebih sehat, positif dan bermanfaat untuk diri sendiri, seperti relaksasi, penyaluran kegiatan hobi, dll.
  7. Harga diri baiknya tidak hanya dipandang melalui bentuk badan maupun penampilan, tapi melalui hal-hal lain yang lebih luas, seperti prestasi dan kepribadian, sehingga tidak akan bergantung sepenuhnya pada citra tubuh.


Sebagai catatan akhir dari Psikolog Tara, “Gangguan makan dapat disembuhkan dengan tindakan yang tepat dan dukungan dari orang-orang terdekat.” Selamat memperbaiki hubungan dengan makanan! 


(dibuat untuk website kantor)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia