Pahami Siklus Nutrisi



 

Ungkapan “you are what you eat” tidak menjawab semua masalah kesehatan, 
karena ternyata “you are what your mother ate” juga memiliki sumbangan besar 
bagi kenyamanan hari tua kita.
 

Gizi merupakan sebuah siklus. Bukan lagi apa yang kita makan, tapi apa yang ibu kita makan saat mengandung juga dapat memengaruhi kesehatan kita saat itu, kini, dan kelak di hari tua. Itulah mengapa ada orang yang terlahir dengan penyakit asma, obesitas, lebih rentan terkena serangan jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

Kehidupan berjalan dalam siklus yang dimulai dengan kehidupan dalam rahim. Pada tahapan ini pembentukan setiap sel tubuh kita bergantung pada kondisi nutrisi calon ibu sebelum hamil dan kondisi nutrisi ibu selama masa hamil. Kedua kondisi ini berpengaruh terhadap janin. "Berat bayi lahir rendah bukan hanya berdampak pada gangguan pertumbuhan, tapi juga pada kesehatannya saat ia dewasa," kata Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah yang lahir kurang dari 2,5 kg.

Dua dekade lalu, dokter asal Inggris David Barker menemukan hubungan yang janggal: Wilayah termiskin di England dan Wales ternyata merupakan daerah yang memiliki tingkat penyakit jantung tertinggi. Dikatakan janggal karena bukankah teori sebelumnya menyatakan kalau penyakit jantung berhubungan erat dengan gaya hidup mewah, serba enak, dan konsumsi makan yang berlebihan. Ia kemudian memutuskan untuk mengadakan penelitian dengan membandingkan tingkat kesehatan sekitar 15.000 orang dewasa dengan berat lahir masing-masing. Hasilnya ada hubungan antara BBLR –yang erat kaitannya dengan buruknya nutrisi prenatal—dengan penyakit jantung di usia paruh baya.

Hal yang sama dikatakan oleh dr. Titis Prawitasari, SpA(K). Ia percaya ada faktor lingkungan yang memengaruhi tercapai atau tidaknya potensi genetik yang ada pada seseorang sejak masih dalam kandungan. “Janin akan melakukan adaptasi terhadap setiap perubahan status nutrisi dan hormonal yang terjadi selama dalam kandungan. Ini berakibat pada perubahan struktur, metabolisme, dan fisiologi dari janin yang akan menjadi penyebab mendasar terjadinya kelainan pada masa dewasa,” ujarnya.

Dr. Titis menambahkan, BBLR dan bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan sewaktu dalam kandungan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami resistensi insulin dan hipertansi pada masa dewasa. “Kita harus memberikan perhatian yang besar bagi kecukupan nutrisi yang mencukupi bagi ibu hingga si jabang bayi lahir sehingga dapat tumbuh dan berkembang optimal tanpa masalah kesehatan di kemudian hari,” dr. Titis menjelaskan.

Perbaikan siklus nutrisi tidak hanya dilakukan saat hamil. Jika ingin memberikan gizi yang baik bagi anak-anak kita, para pakar menyarankan agar perempuan menyiapkannya sejak masa akil balig. Mari, kita membentuk generasi penerus yang lebih sehat.


 

1) Masa Akil Balig>>Fakta: Berdasarkan sebuah penelitian, 15% ibu yang melahirkan tidak bisa memberikan ASI pada bayinya di enam bulan pertama. Demikian yang dikatakan dr. Luciana B Sutanto, MS. SpGK. Padahal, pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas pada usia anak dan remaja. “ASI yang terus diberikan setelah enam bulan juga berpengaruh terhadap angka kejadian obesitas dan komposisi lemak tubuh pada anak remaja,” dr. Titis menekankan.
>>Lakukan: Perawatan payudara tidak lagi cukup hanya dilakukan saat mulai hamil. Sejak pubertas sebaiknya anak perempuan sudah diajarkan cara perawatan payudara. “Payudara jangan dilihat dari sisi estetis saja. Kita harus mulai melihatnya sebagai aset yang harus dipelihara agar kelak dapat menjadi sumber nutrisi terbaik bagi anak yang lahir,” kata dr. Luciana.

2) Masa Persiapan Kehamilan>>Fakta: Seorang perempuan yang mengalami kurang gizi saat konsepsi akan sulit memperbaiki status gizinya selama masa kehamilan. Hal ini dikatakan oleh Dr. Saptawati. “Kehamilan membuat ibu memiliki kebutuhan nutrisi lebih banyak untuk memenuhi perkembangan janin. Bila berat badan ibu sebelum dan selama hamil tidak memadai, perkembangan janin tentunya akan terganggu,” ia menambahkan. Mikronutrisi yang paling penting bagi ibu hamil adalah zat besi dan asam folat. Kebutuhan hariannya 400 mcg untuk asam folat dan 16 mg untuk zat besi.
>>Lakukan: Bila berencana untuk hamil, penuhi kebutuhan harian zat besi dan asam folat. “Paling cepat kita baru tahu saat kehamilan mencapai usia dua minggu. Padahal tiga bulan pertama kehamilan adalah masa penting dalam perkembangan janin,” kata Dr. Saptawati. Ia menganjurkan agar perempuan yang ingin hamil atau baru menikah untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi dan asam folat seperti kacang-kacangan, oatmeal, dan sayuran berwarna hijau tua.

3) Masa Kehamilan>>Fakta: Saat embrio tertanam dalam dinding rahim, perkembangannya akan menjadi dua jenis sel: Sel yang menjadi janin dan sel yang menjadi plasenta. “Pada ibu yang kurang gizi, lebih banyak sel yang menjadi plasenta dibanding yang menjadi janin,” kata Dr. Saptawati. Ia menambahkan, Janin yang memulai kehidupan dengan ukuran lebih kecil dari seharusnya menyebabkan terjadinya keterbatasan pertumbuhan. Hal ini dapat meningkatkan risiko BBLR. Sebaliknya, risiko obesitas anak yang lahir dari ibu yang kelebihan berat badan lebih tinggi dibandingkan dari ibu dengan berat badan normal. John Kral, profesor dari SUNY Downstate Medical Center, New York mengatakan metabolisme seseorang terbentuk sejak di dalam rahim.
>>Lakukan: Cukupi kebutuhan nutrisi dengan mengonsumsi makanan bergizi. Namun yang perlu diingat adalah tidak perlu berlebihan. “Ungkapan yang mengatakan ‘makan untuk dua orang’ itu tidak tepat. Makanlah sesuai kebutuhan harian dan perbanyak nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin,” dr. Luciana. Prof. John Kral menambahkan, membantu perempuan menjaga berat badan ideal selama hamil merupakan harapan terbaik untuk mencegah obesitas sebelum terlanjur. Hal sama berlaku untuk mencegah diabetes. Dana Dabelea, kandidat profesor epidemiologi dari University of Colorado, Denver mengatakan, "Jika kita dapat mengontrol secara intensif gula darah perempuan yang menderita diabetes selama kehamilannya, jumlah anak yang di kemudian hari terkena diabetes dapat berkurang."

4) Masa Menyusui
>>Fakta: Kita membutuhkan 500 kalori ekstra dari kebutuhan kalori harian bila kita sedang menyusui. Bahkan, angka tersebut sebaiknya ditambah bila kita tergolong aktif, atau mengalami berat badan turun dengan cepat, atau menyusui lebih dari satu anak. Selain itu, dr. Titis, mengatakan periode kenaikan berat badan yang cepat (periode tumbuh kejar) merupakan hal yang biasa terjadi pada anak yang BBLR. “Kenaikan berat badan yang terlalu cepat dapat mengakibatkan obesitas saat anak mencapai usia dewasa,” ujarnya. Risiko ini dapat dikurangi dengan pemberian ASI eksklusif.
>>Lakukan: Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dapat menjaga kesehatan tubuh kita saat tengah menyusui. “Kapasitas ASI pun dapat memenuhi kebutuhan bayi,” kata dr. Titis. Ia menyarankan agar kita mengonsumsi makanan yang bervariasi agar semua kebutuhan nutrisi terpenuhi. Perbanyak konsumsi lemak tak jenuh dari minyak zaitun, kacang-kacangan, dan ikan; karbohidrat dari gandum utuh, buah, dan sayur. Bila perlu tambahkan suplemen untuk memenuhi kebutuhan harian asam folat, kalsium, dan zat besi.

 

Satus Gizi Ibu Sebelum Hamil 
Pastikan kita memiliki gizi yang baik sebelum hamil agar pertumbuhan janin optimal dengan langkah-langkah berikut:

  • Pastikan indeks massa tubuh kita masuk kategori normal, tidak berlebih dan juga tidak kurang. Ini merupakan patokan awal yang dijadikan acuan kecukupan gizi seseorang. 
  •  Bila sulit menimbang badan, cukup gunakan meteran untuk mengukur lingkar lengan atas. Jika di atas 23 cm, berarti gizi kita cukup dan siap hamil.
  • Cek darah untuk memastikan kadar hemoglobin (Hb). Nilai normal Hb untuk wanita adalah 11,5 gr% - 16,5 gr%. Jika normal, berarti kandungan zat besi kita cukup.
  • Jaga agar tekanan darah dan kadar gula darah normal. Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pre-eklamasi. Gula darah yang tinggi juga dapat membahayakan persalinan.
  • Asupan kalsium juga harus memadai. Cek adakah tanda-tanda kekurangan kalsium, yaitu rambut rontok dan gigi berlubang. 


(pernah dimuat dalam Majalah Prevention Indonesia edisi Januari 2012)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia