dramatis

tidak ada yang lebih dramatis dari bertemu orang yang sudah lama dicari. apalagi kalau pakai lari-lari di tengah hujan dan berteduh di pos polisi bundarah h.i.

jadi... 
akhirnya saya bisa bertemu dan berbincang dengan orang yang sedang menjalin hubungan dengan orang itu. dulu saya pernah minta waktu untuk berbicara dengan pacar yang akhirnya menjadi istrinya, tapi dia menolak bertemu. lalu dengan mantan-mantan sebelumnya saya juga tidak pernah bisa berbicara dengan baik-baik, seperti layaknya perbincangan antara perempuan dengan perempuan, manusia dengan manusia.

saya memuji keberanian perempuan ini mendatangi saya dan memperkenalkan diri sebagai pacar orang itu. dia pun bercerita banyak, saya juga. kami membicarakan orang itu, menganalisa dia dan memikirkan kenapa dia bisa begitu keparatnya. keparat adalah kata yang tepat bagi saya, bukan bagi dia yang masih jatuh cinta.

pertemuan ini mengingatkan saya akan kehidupan masa muda yang penuh drama. kehidupan yang melelahkan. seperti tinggal di tepi pantai laut selatan dengan ombak tinggi yang siap menghantam, badai yang menakutkan, dan cuaca yang tak menentu.

untunglah saya sudah pindah dari pantai itu. sekarang saya tinggal di sebuah lembah yang tenang, aman terlindungi oleh perbukitan yang kokoh menghalangi terpaan angin dan badai. saya jadi ingin menertawakan kebodohan saya yang menyangka hujan deras belakangan ini adalah badai. padahal, itu hanya hujan biasa, tidak ada apa-apanya dibandingkan hantaman badai delapan tahun lalu!

mari kita pulang saja malam ini, menyongsng hujan di lembah yang tenang itu. 

catatan: obrolan sore tadi dibuka oleh hujan deras dan berakhir saat hujan reda dengan lantunan lagu yang sangat pas syairnya: i heard that you're settled down, that you found a girl and you're married now. i heard that your dreams came true... 

drama drama drama... seperti pentas teater, semua dibuka dan diakhiri dengan sesuatu yang dramatis. 

perbincangan kita berakhir, tapi sepertinya drama orang itu akan terus berlanjut. untunglah kali ini saya hanya penonton.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia