menilai

"jangan menilai sebuah buku dari halaman sampulnya," begitu orang sering berkata. pada kenyataannya, saya selalu tertarik membuka buku hanya karena tertarik halaman sampulnya. hanya membuka ya. membuka tidak selalu berakhir dengan membeli, lalu membaca. saya biasanya membaca buku bila ada rekomendasi dari teman. dan biasanya, saya hanya membeli buku kalau sudah "kenal" dengan si penulis atau tema yang diangkat akan selalu saya butuhkan sewaktu-waktu.

bukan salah buku itu kalau dia hanya memiliki daya tarik di bagian sampul. bukan salah dia juga kalau tata letaknya sangat buruk sehingga banyak orang malas membaca isinya yang sangat bermanfaat. bukan salah dia juga kalau nama penulis yang tercantum sangat terkenal, tapi yang ditulis tidak semenarik buku-buku sebelumnya. 

jadi, salah siapa? bukan salah siapa-siapa, karena semua nilai itu relatif. sampul yang tidak menarik, tata letak yang kacau, dan isi yang kurang berbobot itu mungkin hanya penilaian subyektif kita saja. kalaupun semua orang memberi penilaian yang sama, toh tetap ada yang membeli sebuah buku bersampul buruk hanya karena nama penulisnya bukan? ada pula yang membeli tapi tidak membaca, sehingga tidak pernah tahu kalau ternyata isinya tidak sebagus yang disangka...

sebenarnya yang saya mau katakan hanya:

kalau dia sudah bekerja lama sekali di sebuah perusahaan, tapi jabatannya tidak naik-naik itu tidak selalu berarti dia tidak bisa apa-apa. itu pilihan. pilihan dia untuk tidak menunjukkan keahliannya. pilihan dia untuk tetap tidak bisa apa-apa.

siapalah kita yang berhak menilai kualitas manusia dari jabatan? siapalah kita yang berhak menilai seseorang dari kesalahan yang pernah dilakukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Joko Pinurbo dan Makna Rumah dalam Personifikasi Kulkas, Ranjang dan Celana

Rahim dan Kepahitan Perempuan dalam Patiwangi Karya Oka Rusmini

Puisi-puisi Norman Erikson Pasaribu dan Pentingnya Keragaman dalam Sastra Indonesia